KETAHANAN PARIWISATA BERBASIS MASYARAKAT DI GILI TRAWANGAN LOMBOK UTARA
Abstract
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji ketahanan pariwisata berbasis masyarakat di Gili Trawangan, Lombok Utara, sebagai respons terhadap tekanan lingkungan dan krisis sosial-ekonomi yang dihadapi akibat perkembangan pariwisata massal. Menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, data dikumpulkan melalui observasi lapangan, wawancara mendalam, serta analisis dokumen terkait. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Gili Trawangan memiliki kapasitas adaptif yang tinggi dalam menghadapi kerusakan lingkungan, fluktuasi jumlah wisatawan, dan tantangan global seperti pandemi. Ketahanan sosial-ekologis dibangun melalui partisipasi aktif masyarakat dalam pelestarian lingkungan, pengelolaan wisata secara kolektif, serta penerapan teknologi restorasi ekosistem seperti biorock. Modal sosial yang kuat dan penerapan prinsip Community-Based Tourism (CBT) berperan penting dalam pemberdayaan ekonomi, sosial, psikologis, dan politik warga. Selain itu, kemampuan masyarakat untuk melakukan transformasi di masa krisis menunjukkan potensi mereka dalam membangun sistem pariwisata yang lebih tangguh dan berkelanjutan. Temuan ini diharapkan dapat menjadi rujukan dalam pengembangan model pariwisata berkelanjutan yang berakar pada kekuatan komunitas lokal.
References
[2] Biggs, D., Hall, C. M., & Stoeckl, N. (2015). The resilience of formal and informal tourism enterprises to disasters: Reef tourism in Phuket, Thailand. Journal of Sustainable Tourism, 20(5), 645–665.
[3] Enden, T. 2021. Masa depan industri Pariwisata Kota Palangkaraya. Jurnal Penelitian UPR, 2 (23) : 45-47.
[4] Folke, C., Carpenter, S. R., Walker, B., Scheffer, M., Chapin, T., & Rockström, J. (2010). Resilience thinking: Integrating resilience, adaptability and transformability. Ecology and Society, 15(4): 20.
[5] Folke, C., Colding, J., & Berkes, F. (2002). Synthesis: Building Resilience and Adaptive Capacity in Social–Ecological Systems. Dalam F. Berkes, J. Colding, & C. Folke (Eds.), Navigating Social–Ecological Systems: Building Resilience for Complexity and Change (hlm. 352–387). Cambridge University Press.
[6] Holling, C. S. (1973). Resilience and Stability of Ecological Systems. Annual Review of Ecology and Systematics, 4, 1–23.
[7] Hunter, C. (1997). Sustainable tourism as an adaptive paradigm. Annals of Tourism Research, 24(4), 850–867. https://doi.org/10.1016/S0160-7383(97)00036-4
[8] Mowforth, M., & Munt, I. (2003). Tourism and Sustainability: Development, Globalisation and New Tourism in the Third World (2nd ed.). London: Routledge.
[9] Murdiyanto, E. (2020). Metode Penelitian Kualitatif (Sistematika Penelitian Kualitatif). In Bandung: Rosda Karya.
[10] Soekadijo, R. G. (2000). Anatomi Pariwisata Memahami Pariwisata Sebagai Systemic Linkage. Jakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama.
[11] Scheyvens, R. (2002). Tourism for Development: Empowering Communities. Pearson Education.
[12] Sharpley, R. (2000). Tourism and sustainable development: Exploring the theoretical divide. Journal of Sustainable Tourism, 8(1), 1–19. https://doi.org/10.1080/09669580008667346
[13] Timothy, D. J. (1999). Participatory planning: A view of tourism in Indonesia. Annals of Tourism Research, 26(2), 371–391.
[14] Yoeti, A. O. 1982. Pengantar Kepariwisataan, Sebuah Pengantar Perdana, Pradya Paramitha, Bandung